ORISINALITAS TAFSIR ABU SU'UD

   
     Kitab tafsir Irsyadu Aqlis Salim ila Mazaya Kitabil Karim yang biasa dikenal dengan kitab tafsir Abu Su'ud, adalah karya monumental Abu Su'ud al-Imadiy, salah seorang ulama besar abad XVI yang juga menjabat sebagai Mufti Agung Dinasti Turki Usmani. Kitab ini merupakan salah satu dari sederetan karya tafsir yang cukup terkenal dan sering dijadikan referensi, juga obyek kajian para peminat studi tafsir, seperti Dr Husain az-Zahabiy
     Kitab tafsir ini adalah salah satu dari karya Abu Suud yang paling populer sampai sekarang. Kitab ini ditulis pada abad ke-16 M, yang dalam perkembangan intelektual islam dikenal sebagai masa stagnasi (ahdu al-Jumud). Pada masa itu kecenderungan ulama hanya membuat karya berupa Talkhish ringkasan, rangkuman dan melegetimasi karya-karya ulama sebelumnya.
      Abu Suud sendiri dalam pengantar/muqoddimah tafsirnya mengungkapkan bahwa beliau menyandarkan karya tafsirnya pada tafsir Al-Kasysyaf karya Zamakhsyari dan tafsir Anwar At-Tanzil wa Asrorut Ta'wil karya Al-Baidlowi. Tetapi walaupun demikian, kitab tafsir Abu Suud ternyata tetap diminati dan menjadi referensi para peminat study tafsir sesudahnya. Dan tidak ada satupun ulama yang menganggap bahwa kitab tafsir Abu Suud sebagai Mukhtashor/Ringkasan dari tafsir al Kasysyaf maupun tafsir al Baidlowi, hal ini berbeda dengan misalnya kitab tafsirnya Al Baidlowi Anwarut Tanzil wa Asrorut Ta'wil yang mala dianggap sebagai ringkasan dari tafsir Az-Zamakhsyari  dengan sebutan Sayyidul Mukhtashorot oleh Dr. Musthofa As Sowi Al Juwaini dalan kitab Manhaju Zamakhsyary fit Tafsiril Qur'an.
     Di sinilah letak keunikan tafsir Abu Suud, yang menurut kajian Az Zahabi bahwa letak kebaharuan tafsir Abu Suud adalah dalam mengungkapkan rahasia balaghoh Al Qur'an, sehingga Abu Suud mendapat gelar Khatib al Mufassirin. Az Zahabi dalam karyanya At Tafsir wal Mufassirun mengupas tafsir Abu Suud pada segi I'rob, balaghoh, i'jaz, munasabah bainal ayat, Isroiliyyat, fiqih serta tentang sumber rujukan Tafsir Abu Suud, yaitu Al-Kasysyaf dan Anwarut Tanzil. Az Zahabi menyimpulkan bahwa tafsir Abu Suud walaupun bersandar pada kedua tafsir tersebut, namun tidak larut dalam kemu'tazilahan tafsir Al Kasysyaf, dan juga tidak terperosok pada hadis-hadis dloif fadloilul A'mal, sebagaimana hal ini terdapat dalam tafsir Al Baidlowi.
     Setelah didalami lebih lanjut, memang karya Abu Suud cukup unik, dan terdapat originalitas pada penafsirannya, yaitu dalam mengungkapkan rahasia keindahan uslub/susunan bahasa ayat suci Al Qur'an. 
     Misalnya ketika Abu Suud menafsirkan Surat Al Baqoroh ayat 229-230 tentang Thalaq (bercerai). Setelah Abu Suud menjelaskan tentang hukum hukum yang terkandung dalam ayat tersebut, beliau menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut terdapat ism jalil (Nama Allah) pada tiga kalimat yaitu.    الا يقيما حدودالله.       تلك حدود الله.         ومن يتعد حدودالله 
Rahasia uslub tersebut adalah "Diletakkannya Ismu Jalil pada tiga tempat terakhir, yang menduduki tempat dlomir, adalah untuk menanamkan rasa takut yang sangat dalam serta larangan yang disertai ancaman. Yang demikian ini untuk menguatkan dalam larangan dan ancaman." (Tafsir Abu Suud, juz I, hal.183, penerbit Al Mathbaah Al Mishriyah, 1928)
     Disinilah diantaranya letak originalitas tafsir Abu Suud.
Resume dari Skripsi Khusnul Huda
"Abu Suud dan Tafsirnya Irsyadu Aqlis Salim ila Mazayal Kitabil Karim"
Tafsir Hadis, Syariah, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1992.