LATAR BELAKANG PEMIKIRAN DAN KELOMPOK RADIKAL DALAM SEJARAH ISLAM

Untuk Menuju Link Dokumen unggahan SISPENA di bawah sendiri.



     Baru-baru ini ada sekelompok orang yang melakukan pawai kendaraan bermotor, dengan membawa bendera khilafah. Disamping konvoi, mereka juga menyebarkan brosur yang isinya ajakan untuk mengikuti faham khilafah. Karena ulah mereka itu, entah karena mereka benar-benar faham tentang khilafah itu sendiri atau tidak faham, atau karena hanya ikut-ikutan saja. Apalagi apakah mereka faham betul tentang ajaran islam, bahkan pimpinannya yang akhirnya di tangkap oleh aparat keamanan itu, apakah faham tentang ajaran islam, apakah mereka bisa ijtihad atau istinbath dari sumber hukum islam yaitu Al-Qur'an dan Sunnah, ataukah mereka hanya sekedar memahami Al-Qur'an dan Hadis secara tekstual saja. Atau celakanya lagi  jika mereka membaca dan memahaminya dari terjrmahan Al-Qur'an Hadis.    

     Pemikiran-pemikiran radikal di  dalam sejarah perkembangan islam sudah muncul sejak awal, zaman klasik islam. Yaitu sejak terjadinya konflik politik pada masa pemerintahan khalifah Sayidina Ali bin Abi Thalib r.a. Sehingga menimbulkan pemikiran golongan Khowarij bahwa "Tidak ada hukum selain Hukum Allah" dan "Barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah maka mereka tergolong kafir". 

     Kaum khowarij ini semula adalah para pendukung Ali bin Abi Thalib, kemudian mereka keluar/memisahkan diri dari kelompok Ali. Mereka dipimpin oleh Abdullah bin Abdul Wahab Ar-Rosabi. Dan mungkin perlu dicatat, bahwa pemimpin mereka yang berpikiran dan berpendapat seperti itu, dia tidak dikenal dikalangan umat islam sebagai tokoh intelektual/atau ulama'. Oleh karena itu pemikirannya yang seperti itu tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah, bahkan pemikirannya seperti itu sering tenggelam ditelan zaman, dan baru muncul kembali jika ada kondisi ketidakpuasan politik, atau ada yang memanfaatkan untuk kampanye politik.

     Munculnya pemikiran-pemikiran radikal seperti itu bermula dari adanya kebingungan dan ketidakpuasan sebagian umat islam atas kondisi politik saat itu. Misalnya munculnya golongan Khowarij beserta paham radikalnya adalah disebabkan kebingungan dan ketidakpuasan mereka terhadap kondisi politik, dimana umat islam saat itu terpolarisasi antara kelompok Ali bin Abi Tholib, kelompok Aisyah, kelompok Muawiyah yang mereka saling berhadapan dan bermusuhan. Siapa yang salah dan siapa yang benar, mereka tidak tahu. Sehingga kaum khowarij mengambil jalan pintas (dengan hanya memahami Nash Al-Qur'an secara tekstual) dan menganggap mereka semua salah, karena dianggap sudah melanggar hukum Allah dan keluar dari islam. Karena mereka sudah dianggap keluar dari islam (murtad, bahkan kafir) maka mereka boleh dibunuh. Dan akhirnya mereka mengutus algojo untuk membunuh Ali, Muawiyah dan Amru bin Ash. Namun yang berhasil dibunuh hanya sayyidina Ali r.a.

     Sebelumnya, bibit-bibit konflik politik sudah muncul sejak Nabi Muhammad saw wafat, di mana saat itu mulai terjadi polarisasi antara kelompok Muhajirin dan kelompok Anshor, bahkan sebagian ahli sejarah berpendapat ada kelompok lagi yaitu kelompok ahlul bait (keluarga Nabi saw). Namun bibit konflik tersebut dapat diredam oleh Abu Bakar As Siddiq, karena kebijakan dan kepiawaiannya dalam memimpin umat islam. Abu Bakar memang dikenal mempunyai sikap, sifat dan watak yang sangat mirip dengan Nabi saw. Bahkan Abu Bakar r.a. ketika sakit keras sebelum wafat, beliau menulis surat wasiat tentang calon penggantinya, yaitu Umar bin Khattab. Karena beliau kuatir akan terjadinya konflik politik, sebagaimana yang dulu terjadi di saqifah Bani Saidah setelah Nabi Muhammnad saw wafat. 

     Pada masa khalifah Umar, bibit-bibit konflik politik itu pun masih bisa dikendalikan, karena keadilan, ketegasan dan kecerdasan beliau dalam memimpin umat islam. Namun ketika khalifah Usman memimpin, dimana beliau saat menjadi khalifah juga sudah umur 70 tahun dan sifatnya yang sangat lemah lembut inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh golongan Bani Umayah untuk meraih jabatan politik dan menjarah tanah-tanah negara, sehingga menimbulkan kecemburuan sosial, ketimpangan sosial yang berujung pada timbulnya demonstrasi di ibu kota, bahkan berakhir dengan kudeta yang mengakibatkan terbunuhnya khalifah Usman bin Affan. Dengan terbunuhnya khalifah Usman, bukan berarti permasalahan sosial politik selesai, justru ini merupakan awal dari munculnya pemikiran-pemikiran yang bermacam-macam, bahkan kelompok-kelompok yang radikal.


Silahkan buka link berikut

Link Dokumen  atau 

Link alternatif

link file di Google Drive


No comments: